Seringkali jika acara kumpul keluarga banyak pertanyaan – pertanyaan yang cukup menganggu. Biasanya pertanyaan tersebut dilontarkan oleh orang – orang yang lebih tua misalnya paman, tante, ipar, dan lain – lain. Padahal alangkah baiknya jika urusan pribadi tidak dipertanyakan atau diikutcampuri oleh orang lain. Namun apa boleh buat, budaya tanah air kita masih sangat kental dengan saudara dan kerabat yang terlalu kepo.
Budaya negara +62 yang sudah mendarah daging adalah ketika 2 manusia bersaudara yang sudah lama tidak jumpa, akan muncul pertanyaan “kapan nikah? Kapan nyusul? Mana calonnya? Mau tanggal berapa? Nunggu apalagi? Kok lama banget? Temennya udah punya anak semua lho, kamu kapan?
Pertanyaan aneh lain contohnya “Temenmu anaknya udah disunat lho masa kamu masih sendiri? Anak temenmu udah lima lho masa kamu nikah aja belum, gimana si?” dan sederetan basa basi TERBUSUK lainnya yang dibarengi tawa -hehehe- dari si penanya (padahal sama sekali nggak lucu). Jika kalian berdalih bahwa ini salah satu bentuk perhatian, hey, aku sama sekali tidak butuh perhatianmu. Cukup doakan yang terbaik saja, itu sudah lebih dari cukup.
Setiap manusia punya pertimbangan. Setiap manusia punya pilihan. Setiap manusia punya pemikiran yang berbeda. Setiap manusia punya masanya, lebih cepat bukan berarti paling baik, terlambat bukan berarti hal yang sangat buruk. Tujuan hidup bukan cuma untuk menikah lalu bikin anak.
Kita pernah bertegur sapa satu dua kali di dunia maya. Sekedar memberi respon pada stories masing-masing. Tidak lebih, tidak kurang. Bagimu. Lain halnya denganku. Sempat aku lambungkan tinggi2 anganku. Senang rasanya berada di atas awan. Dan kenyataan membawaku kembali ke dasar bumi, di pelukan ibu pertiwi. “kita” hanya imajinasi yang aku buat sendiri yang berasal – hanya dari balasan2mu kepada pintu harapanku berupa komentar ataupun direct message. Kini kau kembali pada cinta sejatimu.
Bahkan….yahh, itulah. Selamat, semoga bahagia. Kata orang bijak, cinta adalah senang melihat orang yang dicintainya bahagia. Tapi sayangnya aku bukan orang bijak.