Menonton serial “The Serpent” di Netflix mengingatkan saya pada perjalanan backpacking saya keliling Asia Tenggara lewat darat 20 tahun yang lalu! Meski setting filmnya tahun 1970an (kisah nyata tentang pembunuhan backpacker di Asia), tapi gue sempat ngalamin juga traveling tahun 1990an yang bawa kamera analog, traveler’s cheque, telepon pake koin atau ke wartel, dan bawa jam weker! Trus, kalo kenalan sama orang, yang ditanya alamatnya karena abis itu dilanjut surat-suratan.

Karena zaman masih manual, traveling masa itu memang dianggap nekat karena belum ada smart phone dan medsos. Kalau nggak jaga diri jadi gampang ketipu, drugged, bahkan “hilang” gitu aja kayak di film itu. Namun saya sangat bersyukur saya bertahan selama bertahun-tahun! Ada yang pernah ngalamin traveling zaman manual juga?

Sejak kecil saya cukup rajin ke gereja setiap Minggu, tapi tau nggak, saya baru terdaftar sebagai anggota gereja 2 tahun yang lalu! Selama ini saya ke gereja di mana saja, sampai pada suatu titik saya berpikir, “Kalo gue ntar mati, siapa yang akan memimpin ibadah?”
Meski ini alasan egois, tapi saya memantapkan hati untuk mengurus dokumen, mendaftar, dan ikut kelasnya.

Setahun kemudian, tau-tau seorang teman mengajak saya menjadi pelayan gereja di Hospitality Ministry (HM). Tugasnya antara lain menyambut jemaat, mencarikan tempat duduk, dan mengumpulkan kolekte. Maklum saya nggak bisa nyanyi, main musik, apalagi berkotbah, jadi bidang ini paling memungkinkan. Lulus training, saya beli baju kemeja dan rok baru (akhirnya beli kulot sih karena takut keslimpet!). Dua kali saya simpan dengan sukses. Itu adalah pengalaman yang sangat sederhana!

Tapi bukan Trinity namanya kalau berjalan mulus. Minggu gereja ditutup akibat pandemi! Aduh, saya mau ketawa tapi gimana yah? #Trinitybanget ceritanya kan? Tugas HM pun pindah online, kami menyapa jemaat sebelum kebaktian mulai. sebagian teman ngeh ada muka saya sampai mengirim WA karena tak percaya. Well, saya juga masih nggak percaya sih. Siapa lah saya ini? Saya jadi, kata senior HM, “kamu yang memilih jadi pelayan, tapi Tuhan lah yang memilih kamu.” Amin. *merinding*

Jangan pernah memandang rendah diri sendiri karena Anda layak diselamatkan dan Anda diselamatkan oleh Darah Berharga yang dicurahkan Yesus di kayu salib. Rayakan Paskah dengan pengetahuan bahwa Anda sangat dikasihi Allah. Selamat Hari Paskah!